Rantai Nama
Tujuan :
Permainan ini dimaksudkan bagi
kelompok yang belum saling kenal nama masing-masing, agar lebih akrab, serta
memberi pengalaman tampil di depan forum.
Langkah-langkah:
1.
Peserta bersama pemandu berdiri dalam lingkaran.
2.
Pemandu menjelaskan aturan permainan, sebagai berikut:
Salah seorang menyebutkan
namanya dengan suara keras agar terdengar oleh setiap peserta, kemudian peserta
yang berdiri di sebelahnya (kiri atau kanan) menyebutkan nama peserta pertama
tadi ditambah dengan namanya sendiri. peserta ketiga menyebutkan nama peserta
pertama dan kedua ditambah dengan namanya sendiri, begitu seterusnya sampai
selesai.
3.
Proses ini diulangi lagi dengan arah berlawanan, dimulai dari peserta yang
terakhir menyebutkan rantai nama tersebut.
Variasi:
Buat lingkaran, setiap peserta
secara bergiliran menyebutkan nama panggilan, umur, tempat asal,
pekerjaan, lalu peserta yang lain menirukan, begitu seterusnya sampai selesai
satu putaran. Putaran kedua, semua peserta mengulangi lagi secara bersama-sama
data pribadi tersebut, dengan urutan seperti semula.
b. Menggambar Wajah
Tujuan:
1.
Membantu peserta untuk memandang langsung ke dalam mata pasangannya, saling
mengenal ciri-ciri wajahnya, dengan harapan hal ini bisa membantu peserta untuk
saling terbuka dan tidak lagi kikuk satu dengan lainnya
2.
Melatih peserta satu cara sederhana tentang menggambar dan menghilangkan
perasaan peserta bahwa mereka tidak mampu menggambar
Langkah-langkah:
1.
Dengan sehelai kertas setiap pasangan saling berhadapan dan mulai menggambar
wajah pasangannya. Bisa mulai dari mana saja tetapi tidak boleh melihat kertas
sama sekali
2.
Gerakkan tangan mengikuti arah gerak pandangan yang menelusuri garis wajah
pasangannya
Bahan: Kertas, krayon atau
alat tulis lainnya
c. Buat Barisan
Tujuan:
Agar seluruh peserta bisa
berkenalan lebih jauh, fisik maupun sifat-sifat mereka, sekaligus melatih
mereka bekerjasama dalam kelompok.
Langkah-langkah:
1.
Peserta dibagi dalam dua kelompok yang sama banyak (bila jumlah peserta ganjil,
seorang pemandu bisa masuk ke dalam salah satu kelompok)
2.
Pemandu menjelaskan aturan permainan, sebagai berikut:
·
Kedua kelompok akan berlomba menyusun barisan. Barisan disusun berdasarkan
aba-aba pemandu: tinggi badan, panjang rambut, usia dan seterusnya.
·
Pemandu akan menghitung sampai 10, kemudian kedua kelompok, selesai atau belum,
harus jongkok.
·
Setiap kelompok secara bergantian memeriksa apakah kelompok lawan telah
melaksanakan tugasnya dengan benar.
·
Kelompok yang menang adalah kelompok yang melaksanakan tugasnya dengan benar
dan cepat (bila kelompok dapat menyelesaikan tugasnya sebelum hitungan ke
sepuluh mereka boleh langsung jongkok untuk menunjukkan bahwa mereka telah
selesai melakukan tugas)
3.
Sebelum pertandingan di mulai bisa dicoba terlebih dahulu untuk memastikan
apakah aturan mainnya sudah dipahami dengan benar.
d. Kapal Tenggelam
Tujuan
Memberikan kegiatan untuk
mengurangi kekikukan peserta dalam berintegrasi dengan peserta lainnya dan
menambah keterlibatan peserta dalam proses belajar.
Langkah-langkah
1.
Mintalah peserta bediri dalam lingkaran.
2.
Jelaskan bahwa kegiatan berikut adalah permainan yang diberi nama Kapal
Tenggelam.
3.
Minta peserta membayangkan bahwa mereka sedang naik kapal. Tiba-tiba kapal mau
tenggelam. Nakhoda memerintahkan seluruh penumpang untuk naik ke sekoci (perahu
penyelamat).
4.
Nakhoda adalah Anda (pemandu). Sekoci adalah anggota badan peserta yang saling
dipertautkan (saling bersentuhan).
5.
Bila pemandu mengatakan: "Jempol, lima!", artinya, lima peserta harus
saling mentautkan jempol mereka.
6.
Peserta yang kena hukuman adalah mereka yang tidak mendapatkan pasangan/kelompok
atau kelompok yang anggotanya lebih dari lima.
7.
Pemandu bisa melanjutkan permainan dengan memberikan perintah lainnya, seperti:
sikut, tiga!, artinya, tiga peserta harus saling mentautkan sikut mereka. Atau:
pipi, dua!
8.
Teruskan permainan sampai dirasakan cukup.
e. Samson-Delilah
Tujuan:
Agar peserta bisa lebih akrab,
berlatih bekerjasama dan mengambil keputusan dalam kelompok, dengan santai dan
gembira.
Langkah-langkah:
1.
Peserta dibagi dalam dua kelompok.
2.
Pemandu menjelaskan aturan main, sebagai berikut:
·
Kedua kelompok akan bertanding lewat permainan peragaan. Ada tiga tokoh yang
bisa diperagakan. Samson, Delilah dan Singa. Kelompok memilih salah satu tokoh
untuk diperagakan:
·
Kelompok yang memperagakan Samson akan menang bila kelompok lawannya memilih
Singa, tapi kalah bila lawannya memilih Delilah.
·
Kelompok yang memperagakan Singa akan menang bila lawannya memperagakan
Delilah, tapi kalah bila lawannya memperagakan Samson.
·
Kelompok yang memperagakan Delilah akan menang bila lawannya memperagakan
Samson dan kalah bila lawannya memperagakan Delilah.
·
Bila kedua kelompok memperagakan tokoh yang sama, hasilnya seri.
3.
Masing-masing kelompok berdiri berjejer dalam satu barisan berhadapan dengan
lawannya.
4.
Bila pemandu memberikan aba-aba: siap!, maka kedua kelompok balik kanan dan
mulai menyepakati tokoh apa yang akan diperagakan.
5.
Bila pemandu memberikan aba-aba: mulai!, kelompok segera berbalik dan memperagakan
tokoh yang telah dipilih.
6.
Kelompok harus tetap dalam barisan yang lurus, peserta tidak diperkenankan
keluar dari barisan, baik sewaktu menyepakati pilihan maupun sewaktu peragaan.
7.
Tokoh Samson lambang orang kuat diperagakan seperti binaragawan yang sedang
memamerkan otot lengannya. Delilah lambang kelembutan diperagakan sebagai
perempuan yang malu- malu tapi mau. Singa diperagakan sedang siap menerkam.
B. Penyegar Suasana
Penyegar Suasana adalah kegiatan
yang dilakukan untuk memulihkan suasana belajar dari situasi yang kurang
mendukung proses belajar menjadi suasana yang membantu anggota belajar untuk
mengikuti proses dengan lebih aktip.
Penyegar Suasana umumnya
dibutuhkan pada saat proses belajar sedang berlangsung, di saat-saat seperti:
peserta mulai jenuh, peserta terlalu tegang, dan sebagainya. Akan tetapi,
kadang perlu juga melakukan Penyegar Suasana di awal kegiatan apabila kegiatan
sebelumnya telah banyak menguras pikiran. Berikut ini beberapa contoh
Penyegar Suasana:
a. Tolong Tangkap!
Latar Belakang:
Pada saat pemandu membutuhkan
perhatian seluruh peserta, seringkali beberapa peserta asyik dengan kegiatannya
sendiri. Bahkan ada pula yang sampai mengganggu konsentrasi peserta lainnya.
Diperlukan suatu Pemecah Suasana agar perhatian peserta tidak pecah.
Tujuan:
Agar peserta yang sedang asyik
sendiri bisa mengembalikan perhatiannya pada proses yang sedang berlangsung,
tanpa harus menegurnya.
Langkah-langkah:
1.
Lemparlah dengan spidol, atau apa saja yang kebetulan Anda pegang, peserta yang
Anda anggap sedang tidak mencurahkan perhatiannya pada proses belajar yang
tengah berlangsung. Katakan padanya: Tolong tangkap!
2.
Beri komentar: Oh, tidak bisa! Sekarang coba dengan peserta lainnya. Tapi kali
ini pastikan kesiapan dia menangkap spidol itu, katakan: Tolong tangkap!, Anda
sudah siap? Baru spidol Anda lempar, usahakan tepat ke arah tangannya. Beri
komentar: Berhasil!
3.
Ajaklah peserta membahas kenapa yang pertama gagal dan yang kedua berhasil. Lalu
kembali ke topik semula.
Bahan-bahan: Spidol atau sesuatu
yang mudah digenggam dan mudah diperoleh di tempat latihan.
b. Pecah Balon
Latar Belakang:
Bila peserta terlalu banyak
menguras pikiran atau berdebat tanpa penyelesaian yang memuaskan pada kegiatan
sebelumnya, hal ini akan sangat mempengaruhi konsentrasi mereka untuk mengikuti
kegiatan berikutnya.
Tujuan:
Memberikan kesegaran kepada
peserta dengan melampiaskan emosinya.
Langkah-langkah:
1.
Bagikan kepada setiap peserta sebuah balon dan seutas tali rapia (kira-kira
sepanjang dua jengkal).
2.
Mintalah mereka meniup balon masing-masing.
3.
Mintalah mereka mengikatkan balon tersebut di kaki kirinya.
4.
Mintalah seluruh peserta berdiri di tengah ruang belajar.
5.
Jelaskan kepada peserta bahwa tujuan kegiatan ini adalah memecahkan balon orang
lain sebanyak mungkin dengan cara menginjak balon-balon tersebut.
6.
Beri aba-aba untuk mulai.
7.
Bahas bersama peserta apa saja yang mereka rasakan, lihat dan dengar selama
kegiatan tadi. Kenapa begitu? Apa kesimpulan yang bisa ditarik?
8.
Sekarang topik yang direncanakan sudah bisa dimulai.
Bahan-bahan: Balon dan
tali rapia sebanyak jumlah peserta.
c. Ikuti Saya!
Latar Belakang:
Bila kebanyakan peserta mengantuk,
hampir dapat dipastikan bahwa kegiatan tersebut tidak banyak bermanfaat.
Dibutuhkan penyegaran sebelum melanjutkan kegiatan tersebut, terutama agar
peserta bisa kembali mencurahkan perhatiannya pada topik yang sedang dibahas.
Tujuan:
Untuk menyegarkan tubuh peserta
dengan sedikit gerak dan humor.
Langkah-langkah
1.
Mintalah seluruh peserta berdiri di tempat masing-masing.
2.
Julurkan kedua tangan Anda lurus kedepan dengan kedua telapaknya mengatup.
Mintalah peserta menirukannya.
3.
Mintalah peserta mengikuti setiap gerakan Anda. Mulailah bertepuk tangan dengan
tangan yang tetap lurus ke depan. Usahakan membuka tangan selebar mungkin.
Mulai dengan pelan, kemudian tingkatkan kecepatannya. Sampai kira-kira peserta
mulai mekanis. Lalu buatlah tepuk tangan Anda meleset. Biasanya sebagian
peserta, kalau tidak seluruhnya, masih tetap bertepuk.
4.
Buatlah reaksi heran, lalu tanyakan kenapa mereka tidak mengikuti gerakan Anda?
Apakah gerakan yang Anda lakukan sulit untuk ditirukan? Kalau tidak, kenapa
tidak bisa diikuti? Apa yang bisa disimpulkan?
5.
Sekarang Anda bisa kembali ke topik semula.
C.
Kreatifitas
Latar Belakang:
Sebagian besar masyarakat masih
hidup terkurung dalam tradisi yang kuat. Akibatnya, dalam memecahkan
permasalahan, mereka sangat dipengaruhi oleh adat istiadat dan kebiasaan yang
ada. Mereka kurang kreatif dan kurang berani keluar dari kebiasaan-kebiasaan
yang kurang menguntungkan.
Tujuan:
1.
Peserta menyadari bahwa untuk memecahkan suatu masalah, seringkali orang harus
keluar dari lingkungan adat dan kebiasaan yang ada, dan harus
mempertimbangkannya dari berbagai segi.
2.
Peserta memahami prinsip-prinsip dasar kreativitas dan sikap kreatif, serta
menyadari faktor penghambatnya.
a. Sembilan Titik
Tujuan:
1. Peserta memehami
prinsip dasar kreativitas dan sikap kreatif
2. Peserta menyadari
faktor penghambat kreatifitas
Waktu: 30 menit
Peralatan: Papan tulis,
spidol, alat tulis untuk peserta
Proses:
1.
Gambarkan "sembilan titik" di papan tulis.
2.
Mintalah peserta untuk menghbungkan kesembilan titik tersebut dengan 4 buah
garis lurus, tanpa mengangkat pulpen/pensil (sekali tarik garis, tarik terus
dan tak boleh putus lagi).
3.
Beri waktu 5 - 10 menit bagi peserta untuk mengerjakannya. Setelah itu, beri
kesempatan kepada para peserta yang merasa mampu menyelesaikannya untuk
mengerjakannya di papan tulis. Peserta lain diminta memperhatikan apakah benar
atau salah.
4.
Jika tak ada peserta yang mampu mengerjakannya, beri contoh jawabannya langsung
dan amati apa reaksi setelah mengetahui jawaban tersebut.
5.
Tanyakan: mengapa tak bisa?
6.
Diskusikan dan analisis bersama jawaban tersebut sampai pada prinsip dasar dan
hambatan kreativitas:
·
Hambatan kreativitas: takut salah, tak berani keluar dari kebiasaan, membatasi
diri sendiri.
·
Prinsip kreativitas: jangan menghakimi, jangan takut salah, jangan membatasi
diri.
b. Potong Sebanyak Mungkin
Latar Belakang:
Seringkali peserta berhenti pada
kesimpulan yang tergesa-gesa, merasa sudah cukup dan enggan mencoba kemungkinan
lain.
Tujuan:
Agar peserta menyadari bahwa
kecenderungan untuk lekas puas seringkali tidak memberikan hasil yang
memuaskan.
Langkah-langkah:
1.
Buatlah gambar lingkaran di atas kertas koran, di depan kelas. Potonglah
lingkaran tersebut dengan empat garis lurus sehingga diperoleh 8 potongan.
2.
Tanyakan kepada peserta: "Siapa yang bisa memotong lingkaran tersebut
dengan empat garis lurus dan menghasilkan lebih dari 8 potongan?"
3.
Bila jawaban yang diberikan menghasilkan 9 potongan, tanyakan lagi: "Siapa
yang bisa lebih dari 9 potongan!"
4.
Bila jawaban yang diberikan menghasilkan 10 potongan, tanyakan lagi:
"Siapa yang bisa lebih dari 10!"
5.
Sebelum memulai permainan ini, terlebih dahulu pemandu mencoba sendiri. Jawaban
terakhir adalah 11 potongan.
6.
Diskusikan apa hikmah dari permainan ini.
c. Berapa Bujursangkar
Pengantar:
Sering masalah-masalah dalam
hidup dapat ditinjau dari beberapa segi. Oleh karena itu, patut kita
pertimbangkan pandangan orang lain yang berbeda dengan pandangan kita, walaupun
kita yakin pandangan kita benar.
Langkah-langkah:
1.
Buatlah gambar sebuah bujursangkar yang dibagi menjadi 16 bujursangkar kecil.
2.
Mintalah peserta menyebutkan jumlah bujur sangkar yang ada
3.
Peserta akan memberikan berbagai jawaban, misalnya: 16, 17, 22, 32, dan
sebagainya.
4.
Bahaslah bersama kelompok: kenapa ada beberapa jawaban terhadap masalah yang
sama.
Kesimpulan:
Dalam kehidupan sehari-hari,
kita harus selalu berusaha untuk mengerti pandangan dan pemikiran orang lain
serta pertimbangan-pertimbangan yang mendasarinya.
d. Penjepit Kertas
Tujuan:
Merangsangkan kreatifitas dan
keberanian peserta untuk berpendapat
Langkah-langkah:
1.
Tunjukkan kepada peserta sebuah penjepit kertas, atau apa saja benda kecil yang
kira-kira dikenal oleh peserta
2.
Mintalah peserta untuk menuliskan apa saja kegunaan dari benda tersebut
3.
Batasi waktunya sampai 2 menit saja
4.
Catat semua jumlah dari masing-masing peserta, ajak mereka membahas mengapa ada
yang banyak dan ada yang sedikit?
D. Kerjasama
Latar Belakang:
Dalam suatu latihan, semua
peserta diharapkan menjadi satu kelompok ang kompak. Karena dengan kelompok
yang kompak akan terjalin kerjasama yang mantap. Tetapi dapat juga sebaliknya,
kerjasama yang baik di antara anggota kelompok, dapat menghasilkan kelompok
yang kompak.
Untuk itu, diperlukan pokok
bahasan khusus tentang kerjasama. Sebaiknya pokok bahasan ini disajikan segera
setelah perkenalan, bersamaan dengan pokok bahasan komunikasi
Selanjutnya, hendaknya kebutuhan
dan peningkatan kerjasama di antara peserta dengan peserta dan dengan pelatih
diusahakan terus selama proses latihan.
Tujuan:
1.
Peserta memahami prinsip-prinsip dasar kerjasama dalam suatu kelompok.
2.
Peserta memahami faktor-faktor penghambat dan penunjang terjadinya kerjasama
dalam suatu kelompok.
3.
Peserta memahami dasar-dasar pembentukan suatu kerjasama yang baik.
a. Menggambar Rumah
Pengantar:
Latihan ini bisa digunakan untuk
mendiskusikan kerjasama dan pengawasan di dalam kelompok. Kadang kita mengira
bekerjasama dengan orang lain, padahal dalam kenyataan kita hanya mengawasi
seluruh proses, tanpa kita sadari.
Langkah-langkah:
1.
Mintalah peserta untuk berpasangan
2.
Peganglah ballpoint/pensil bersama-sama sedemikan rupa sehingga keduanya bisa
menulis dan menggambar
3.
Di atas kertas yang dibagikan, keduanya menggambar secara bersama-sama dan
menuliskan judulnya
4.
Selama menggambar dan menulis tidak boleh berbicara
Bahan diskusi:
1.
Bagaimana perasaan dan reaksi Anda selama menggambar tadi?
2.
Faktor apa yang membantu dan menghambat Anda selama menggambar tadi? Kemudian,
mintalah peserta membentuk kelompok 4 (dua pasangan bergabung) untuk
mendiskusikan apakah ada hubungan antara pengalaman tadi dengan kenyataan
sehari-hari dan masalah kerjasama. Waktunya cukup 15 menit saja, lalu setiap
kelompok kecil mempresentasikannya di hadapan kelompok besar.
b. Bermain Tali
Latar Belakang:
Dalam segala hal, selalu akan
kita hadapi berbagai masalah, dan kita tidak akan dapat terhindar dari masalah
itu. Melalui kegiatan ini kita akan dihadapkan dengan suatu masalah dan
bagaimana kita dapat keluar dari masalah itu.
Bahan-bahan: Tali rapia
Langkah-langkah:
1.
Potong tali rapia dengan ukuran 1.5 m dan bagikan kepada setiap peserta.
2.
Minta mereka berpasang-pasangan, lalu masing-masing ujung tali yang satu
diikatkan ke tangan sebelah kiri. Sebelum mengikat tali yang satu lagi ke
tangan kanan, silangkan tali tersebut ke tali pasangannya, kemudian ikatlah ke
tangan kanan masing-masing; ingat, ikatan sebaiknya tidak terlalu kencang.
3.
Setelah itu minta mereka untuk dapat melepaskan diri dari ikatan tadi tanpa
melepas ikatan tali.
4.
Jika ada pasangan yang telah berhasil melepaskan diri dari ikatan tersebut,
mintalah mereka menunjukkan bagaimana cara mereka untuk melepaskan diri, kepada
teman-teman yang lain.
5.
Tanyakan kepada mereka apa hikmah dari permainan tersebut
c. Saling Percaya
Latihan ini dimaksudkan untuk
melihat sejauh mana sebetulnya kita bisa mempercayai partner kita dalam
bekerjasama. Untuk itu lakukanlah kegiatan berikut ini:
1.
Peserta diminta untuk mencari pasangannya masing-masing, yang secara fisik
seimbang dan sama jenis kelamin.
2.
Secara bergantian mereka memijat pasangannya.
3.
Secara bergantian mereka mengendong pasangannya dengan posisi adu punggung.
4.
Secara bergantian mereka menampung tubuh pasangan yang menjatuhkan dirinya ke
belakang dalam posisi berdiri tegak dan kaku. Begitu bergantian.
5.
Diskusikan bagaimana perasaan Anda ketika harus menjatuhkan diri ke belakang,
apakah Anda merasa aman, khawatir? Kenapa?
d. Membimbing
"Tuna Netra"
Dalam bekerja di masyarakat
tentu kita pada saat-saat tertentu akan memegang peran sebagai pembimbing.
Untuk itu diharapkan peserta memiliki sikap-sikap yang menunjang pelaksanaan
tugasnya.
Tujuan:
1.
Peserta dapat memahami bagaimana perasaan orang yang "buta" dalam
arti tidak mempunyai pengetahuan dan pengertian.
2.
Peserta lebih peka terhadap perasaan dan kebutuhan orang yang ditolong.
3.
Peserta dapat memahami beberapa syarat untuk menjadi pembimbing.
Tempat: Di ruangan latihan
dan sekitarnya.
Bahan: Kain/sapu tangan
besar berwarna gelap secukupnya.
Langkah-langkah:
1.
Peserta dibagi dalam 2 kelompok, A dan B. Mata dari masing-masing anggota
kelompok A ditutup dengan kain atau saputangan besar berwarna gelap, sehingga
tidak dapat melihat.
2.
Setiap orang di kelompok B (yang tidak tertutup matanya) masing-masing memilih
salah satu orang dari kelompok A, sebagai pasangannya dan membimbing
pasangannya kemana saja dan untuk apa saja supaya orang tersebut dapat
merasakan sesuatu dengan memakai panca indera lain, selama 10-15 menit.
3.
Kain yang menutupi mata anggota kelompok A dibuka dan semua kembali ke tempat
masing-masing untuk pemnbahasan.
Pembahasan:
Fasilitator mengajukan
pertanyaan-pertanyaan sebagai berikut:
Kepada kelompok A (yang
dibimbing):
1.
Bagaimana perasaan saudara selama matanya ditutup?
2.
Pengalaman apa yang paling mengesankan selama matanya ditutup?
3.
Bagaimanakah perasaan saudara terhadap pembimbing saudara? Apakah ada
kecurigaan kepadanya, apa alasannya? Apakah saudara merasa mendapat perhatian
darinya? Buktinya? Apakah saudara merasa dipermainkan, misalnya?
Kepada kelompok B (yang
membimbing):
1.
Bagaimana perasaan saudara salama membimbing orang?
2.
Usaha apa yang sengaja Anda lakukan selama membimbing:
·
Mencari hal-hal yang mudah bagi yang dibimbing? Mencari hal-hal yang
menyulitkan? Memberi perhatian sepenuhnya? Kadang-kadang membiarkan agar dia
bebas bergerak? Apakah saudara menceriterakan keadaan yang sedang dihadapi?
·
Dari jawaban dan komentar para pemain, kita simpulkan beberapa hal yang penting
tentang bimbingan. Bagaimana sebaiknya seorang pembimbing dalam bersikap,
bertindak dan berbuat.
Pembimbing yang Baik:
1.
Tidak membiarkan yang dibimbing bebas mengambil kegiatan sekehendaknya sendiri.
2.
Tetapi juga tidak selalu mengikat yang dibimbing dan hanya bebas
bertindak sesuai dengan kehendaknya.
3.
Selalu memberikan uraian yang wajar, tidak menakut-nakuti, tidak mengecilkan
hambatan yang sedang dihadapi.
4.
Bertindak berdasarkan perasaan dan kemampuan yang dibimbing
5.
Menyerahkan tugas yang mampu dikerjakan oleh yang dibimbing.
6.
Tut wuri handayani.
Refleksi Kerjasama
Latihan ini sebaiknya diakhiri
dengan mengajak peserta melakukan curah pendapat mengenai hal-hal yang perlu
dan yang tabu dalam Kerjasama. Salinlah semua ungkapan peserta tanpa kritik.
Setelah itu, mintalah mereka untuk membahasnya, sampai akhirnya kelompok
menghasilkan satu daftar tentang hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
bekerjasama.
E. Komunikasi
Latar Belakang:
Kebersamaan dan keterbukaan di
antara para peserta harus dapat diungkapkan baik lewat tindakan maupun ucapan.
Oleh karenanya, ketrampilan berkomunikasi sangat diperlukan, dan harus menjadi
pokok bahasan yang penting dalam pengembangan kelompok.
Tujuan:
1.
Peserta menyadari pentingnya komunikasi dalam suatu kelompok, bahwa kelompok
baru dapat berfungsi dengan baik apabila terjadi komunikasi antar orang-orang
yang terlibat di dalamnya.
2.
Peserta mengetahui prinsip-prinsip dasar sebuah proses komunikasi antar manusia
dalam sebuah kelompok.
3.
Peserta mengetahui dan mengalami sendiri beberapa jenis hambatan utama dalam
proses komunikasi dalam kelompok.
a. MenggambarTopeng
Prosedur:
1.
Buatlah gambar topeng (secara sederhana) di atas kertas koran
2.
Perlihatkanlah gambar tersebut kepada peserta, dan bila seluruh peserta telah
melihat, ambillah gambar tersebut
3.
Ulangi secara singkat proses komunikasi
4.
Kemudian minta setiap peserta menggambar topeng seperti yang diperlihatkan
tadi, di atas sehelai kertas
5.
Kembali perlihatkan gambar yang asli, lalu setiap peserta memeriksa gambar yang
dibuat teman di sebelahnya (saling tukar)
6.
Ajaklah peserta untuk membahas kenapa bisa terjadi penyimpangan dari bentuk
aslinya? Apakah disengaja? Bagaimana kalau yang ingin disampaikan itu pesan
dalam bentuk kata-kata, lebih sulit atau mudah menirukannya?
7.
Buatlah bersama peserta semacam daftar hal-hal yang menghambat dan menunjang
komunikasi, kemudian syarat-syarat komunikasi yang baik
b. Mari Menggambar
Komunikasi Satu dan Dua-Arah
Tujuan
1.
Peserta memahami dan menyadari bahwa komunikasi dua-arah lebih efektif
dibanding komunikasi satu-arah.
2.
Peserta memahami prinsip-prinsip dasar komunikasi antar menusia.
Pokok Bahasan:
1.
Asas komunikasi antar manusia
2.
Efektifitas & Media Komunikasi
3.
Komunikasi Satu dan Dua-Arah
Waktu: 90 menit efektif
Peralatan:
1.
Gambar bentuk
2.
Lembar Pencatatan
Proses:
1.
Penjelasan singkat tentang tentang tujuan dan materi pokok acara ini.
2.
Minta seorang peserta sebagai sukarelawan untuk tampil ke depan kelas. Peserta
lain diminta menyiapkan kertas kosong dan pensil/pen.
3.
Jelaskan bahwa sukarelawan tadi adalah penyiar TV untuk acara "Mari
Menggambar", dan para peserta adalah pirsawan yang belajar menggambar.
Mereka harus menggambar sesuai dengan keterangan sang penyiar. Karena ini acara
TV, maka tentu saja peserta tidak boleh bertanya sementara sang penyiar tidak
boleh memperlihatkan gambarnya. Setelah jelas, minta sang penyiar mulai
melaksanakan acaranya.
4.
Setelah selasai, sang penyiar TV kembali ke tempat dan minta seorang peserta
lain maju sebagai sukarelawan, peserta lain menyiapkan kertas kosong baru.
Jelaskan bahwa sekarang adalah acara "Pelajaran Menggambar" di kelas
dengan sukarelawan tadi sebagai gurunya. Caranya sama dengan acara TV tadi,
hanya kali ini boleh bertanya, tapi tetap tak boleh memperlihatkan gambarnya.
Setelah jelas, minta sang guru segera memulai pelajarannya.
5.
Setelah selesai, sang guru boleh kembali duduk ke tempat semula dan minta seorang
sukarelawan baru lagi untuk maju ke depan. Jelaskan bahwa sukarelawan baru ini
adalah "entah siapa" yg akan mengajar semua peserta menggambar, dan
minta peserta menyiapkan kertas kosong baru. Kali ini, acara bebas sama sekali
(boleh tanya dan boleh apa saja, terserah sang sukarelawan dan peserta).
Kemudian minta sang sukarelawan mulai acaranya.
6.
Setelah selesai, bandingkan hasil gambar ketiga proses tadi dengan mencatatnya
di papan tulis.
7.
Ajak seluruh peserta kemudian mendiskusikan: mengapa hasilnya demikian. Minta
mereka mengungkapkan kesan dan pengalaman mereka.
8.
Simpulkan bersama hasil diskusi ini sesuai dengan ungkapan dan analisa peserta.
c. Klinik Desas-Desus
Latar Belakang:
Dalam penyampaian informasi
seringkali timbul masalah dalam penafsiran. Hal ini disebabkan putusnya atau
tidak sampainya informasi secara utuh.
Tujuan:
Peserta dapat menyampaikan dan
menggambarkan proses terjadinya penyimpangan dalam berkomunikasi, dan menyadari
pentingnya menghindari penyimpangan tersebut serta dapat berkomunikasi dengan
baik.
Langkah-langkah:
1.
Pemandu menyiapkan teks pesan yang ingin disampaikan, tuliskan di atas secarik
kertas. Hendaknya pesan tersebut tidak lebih dari lima kalimat dan menyangkut
kejadian-kejadian yang berarti bagi peserta. Usahakan urutan penyajiannya tidak
teratur dan ada beberapa angka, kata-kata sulit, dan sebagainya.
2.
Bagi peserta dalam 3 kelompok, pisahkan tempat mereka dengan jarak kira-kira
4-5 meter
3.
Setiap kelompok diminta untuk berhitung, sehingga setiap anggota mempunyai
nomor urut
4.
Semua peserta yang bernomor satu diminta untuk menemui pemandu di tempat yang
agak terpisah (di luar kelas)
5.
Pemandu membacakan pesan kepada semua peserta yang bernomor satu sebanyak dua
kali. Peserta tidak diijinkan bertanya kepada pemandu
6.
Kemudian, peserta bernomor satu diminta untuk membisikkan pesan tersebut kepada
peserta nomor dua dari masing-masing kelompok. Demikian pula, peserta nomor dua
membisikkannya kepada peserta nomor tiga, dan begitu seterusnya. Selama proses
penyampaian, tidak diijinkan bertanya.
7.
Setelah semua anggota nomor akhir dari masing-masing kelompok menerima pesan,
peserta tersebut harus menuliskan pesan yang diterimanya, kemudian maju ke
depan kelas untuk membacakannya
8.
Kemudian pemandu membacakan pesan yang asli kepada semua peserta
9.
Ajaklah peserta untuk bersama-sama membahas apa yang terjadi. Apakah pesan
sampai sebagaimana aslinya? Kenapa? Apa saja yang menyebabkan pesan menyimpang
dari aslinya?
d. Menggambar Bersama
Latar Belakang:
Sebuah kelompok baru dapat
berfungsi sebagaimana mestinya apabila terjadi komunikasi antar orang-orang
yang terlibat di dalamnya
Tujuan: Peserta menyadari
arti pentingnya komunikasi dalam satu kelompok
Langkah-langkah:
1.
Peserta dibagi dalam kelompok kecil (5 orang) dan setiap anggota kelompok
memiliki nomor urut sendiri-sendiri dari nomor satu sampai nomor lima
2.
Tiap kelompok mendapat selembar kertas plano dan sebuah spidol untuk menggambar
3.
Secara berurutan setiap menit, setiap orang dalam kelompok masing-masing
diminta menggambar pada kertas plano yang ada, dengan syarat: tidak boleh
bertanya atau bicara satu sama lain, setiap orang menggambar apa yang dimaui dan
dipikirkan sendiri, kemudian dilanjutkan oleh yang lain pada kertas yang sama
menurut apa yang dimaui dan dipikirkan sendiri pula, dan seterusnya sampai
seluruh anggota kelompok memperoleh bagian waktunya masing-masing untuk
menggambar
Bahan Diskusi:
1.
Berapa kelompok yang mampu menghasilkan gambar yang utuh dan jelas?
2.
Apa kesan dan perasaan setiap orang terhadap hasil gambar kelompoknya?
3.
Bagaimana seharusnya proses yang ditempuh agar hasil kerja bersama itu
memuaskan semua orang dalam kelompok yang bersangkutan?